PEKANBARU – Bangkai anak gajah Tari rencananya akan dikuburkan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Pelalawan, Riau yang merupakan rumah sekaligus habitatnya.
Hal itu diungkapkan Kepala Balai TNTN,Heru Sutmantoro, Rabu (10/9/2025). “Dikubur di lokasi, di taman nasional,” ujar
Heru mengungkapkan, Tari sebelumnya ditemukan sudah tak bernyawa oleh mahout sekitar pukul 08.00 WIB saat melakukan pengecekan rutin. Padahal, sehari sebelumnya gajah berusia 2 tahun itu masih terlihat sehat, aktif, dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Pemeriksaan fisik luar juga tidak menemukan adanya luka, memar, atau indikasi kekerasan pada tubuh Tari. “Normal, fesesnya normal, tidak ada cairan dari hidung maupun mulut. Indikasi trauma fisik tidak ada,” jelas Heru.
Untuk memastikan penyebab pasti kematian, tim dokter hewan mengambil sejumlah sampel organ dan mengirimkannya ke laboratorium di Bogor. Hasil analisis laboratorium diperkirakan keluar dalam satu hingga dua pekan ke depan.
23 Ekor Selama 2025
Kasus kematian gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Riau, menjadi sorotan serius.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mencatat sebanyak 23 gajah mati dalam kurun waktu satu dekade terakhir, dari tahun 2015 hingga Juni 2025.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, menyebut tahun 2015 menjadi masa paling kelam dalam sejarah konservasi gajah di Tesso Nilo, dengan total kematian mencapai delapan ekor dalam satu tahun. “Kasus kematian gajah yang tertinggi terjadi pada 2015, sebanyak delapan ekor,” kata Supartono, Jumat (27/6/2025) lampau.
Meski fluktuatif, angka kematian gajah terus berulang. Pada 2016 tercatat dua kasus, 2017 nihil, 2018 kembali dua kasus, dan 2019 satu kasus.