JAKARTA – Mundurnya Mahfud MD dari pos Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) tidak akan mengubah apapun. Jangan harapkan ada perasaan malu dari Menteri Pertahanan (Menhan) Probowo Subianto dan Gibran untuk melakukan hal sama.
Pegiat demokrasi dan tokoh reformasi 98 Andrianto Andri menyatakan hal itu kepada KBA News menanggapi mundurnya Mahfud MD dengan alasan ada konflik kepentingan sebagai menteri dengan Presiden Jokowi yang mendukung Prabowo- Gibran.
“Meski ibarat permainan sepakbola sudah memasuki injury time, apa yang di lakukan Mahfud MD sudah terlambat, tidak berdampak. Mestinya saat permainan dimulai dua bulan lalu sudah mundur,” kata Andri.
Karena, tambahnya, perangkat per-UU-an banyak yang dipaksakan dari berbagai aspek yang memungkinkan terjadinya abuse of power. Hal itu disebabkan pengawasan kurang karena lembaga Bawaslu tidak kompeten.
Harus Tegas
Ke depan, tambahnya, KPU RI lebih tegas bertindak dan memutuskan bahwa semua kandidat harus mundur dari semua jabatan publik yang disandangnya apabila menjadi capres.
“Menurut saya, langkah Mahfud itu, tidak akan diikuti Prabowo apalagi Gibran. Sebab, sedari awal sudah ada motif mau curang dengan menggunakan peralatan dan perangkat negara,” kata salah seorang deklarator Komite Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu.
Karena itu, tambahnya, pemilu kali ini, terutama Pilpres 2024 akan jadi yang terburuk dalam sejarah. Kecurangan akan menyebabkan rendahnya keabsahan (legitimasi) pemenang yang didapati lewat cara curang.
Ini, tegasnya, akan berbahaya sekali bila legitimasi rendah dari publik. Rakyat akan melakukan perlawanan menolaknya. Sekarang saja berbagai perguruan tinggi sudah mengatakan mengutuk dan melawan pemilu curang.
“Diperkirakan gerakan ini akan membesar dengan titik ledaknya di hasil pemilu,” demikian Andrianto Andri. (**)
Mundurnya Mahfud MD Secara Moral Tidak Akan Diikuti oleh Prabowo dan Gibran
