MASIH ingat Martunis. Ya kalau kamu mengikuti dengan benar bencana alam tsunami yang meluluhlantakan Aceh Darussalam tahun 2014, kamu pasti mengetahui kisah Martunis.
Pria asal Aceh ini merupakan anak yang selamat dari bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Namun, banyak orang yang juga mengenalnya karena Cristiano Ronaldo.
Kala itu, Martunis yang masih berusia 8 tahun ikut terseret oleh gelombang tsunami yang menelan lebih dari 230 ribu jiwa itu. Dirinya kemudian terombang-ambing di lautan selama 19 hari dengan hanya memakan mie instan kering serta air mineral yang terapung di sekitarnya.
Setelah lama terombang-ambing di lautan, Martunis akhirnya ditemukan oleh regu penyelamat pada Januari 2005. Saat diselamatkan, Martunis masih menggunakan jersey Timnas Portugal dengan nomor punggung 10 bertuliskan nama Rui Costa.
Hal ini rupanya menarik perhatian pecinta sepakbola di dunia. Bintang Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo pada saat itu bahkan tergugah untuk datang langsung ke Indonesia untuk menemui bocah yang menggunakan replika jersey Timnas Portugal.
Ronaldo kemudian menolong Martunis dengan membangun kembali rumahnya. Tidak hanya itu, pemain yang kini berseragam Al Nassr itu juga mengangkat Martunis sebagai anak angkatnya.
Sebagai seorang ayah angkat, Cristiano Ronaldo berusaha untuk mewujudkan mimpi sang anak. Salah satunya adalah dengan membuatnya menjadi seorang pesepakbola internasional.
Hal itu pun sempat berhasil terwujud pada 2015 lalu. Pada tahun itu, Martunis direkrut oleh salah satu tim besar Portugal yang sekaligus tim profesional pertama Cristiano Ronaldo, yakni Sporting Lisbon.
Perekrutan Martunis ke Sporting Lisbon menjadi trending topik pada masa itu. Pasalnya, kiprah Martunis di dunia sepakbola belum terlalu terlihat. Selain itu, dirinya menjadi pemain muslim satu-satunya di tim tersebut.
Sayangnya, kiprah Martunis bersama Sporting Lisbon tidak berjalan dengan baik. Hanya setahun berada di akademi U-19, Martunis memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan dirinya gagal berkarir di Indonesia. Pertama, ia sudah terlambat untuk meniti karir sebagai seorang pemain sepakbola khususnya di Eropa. Pasalnya, ia baru memulai di usianya yang sudah menginjak 18 tahun.
Selain itu, faktor lain seperti makanan, bahasa, cuaca dan lain sebagainya juga menjadi kendala yang membuat akhirnya Martunis gagal berkiprah di dunia sepakbola internasional.
Itulah kisah Martunis, remaja korban selamat dari tsunami Aceh yang jadi pemain muslim satu-satunya yang pernah bermain di Sporting Lisbon. (*)
sumber okezone