BERI dan ganti nama. Bagaimana bagusnya, sekarang saja atau tunggu ari alang, ketika pilih-memilih selesai dan saat tol telah siap? Hahai.
Yang akan diberi nama masjid dan saya usul ganti nama bandara. Masjid Raya Sumbar, bukanlah nama. Itu status, makanya perlu diberi nama. Sejak awal sudah diusulkan MUI, tapi belum ke belum juga. Bundo Kanduang usul, status dipelok sedikit jadi Masjid Raya Minangkabau. Namanya, sesuai usul banyak pihak, Syekh Ahmad Khatib. Tak usah pakai Al Minangkawi, panjang benar jadinya.
Tentang bobot nama Ahmad Khatib tak usah ragu. Semua ulama hebat Minangkabau afalah muridnya. Juga di Nusantara dan negeri-negeri Magribi. Dua murid hebatnya pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan dan pendiri Nahdatu Ulama, Hasyim Ashary.
Berikut beberapa nama muridnya itu:
- Syekh Tahir Jalaluddin
- Agus Salim
- Abd Latief Syakur
- Inyiak Deer
- Inyiak Canduang
- Inyiak Jamil Jambek
- Inyiak Parabek
- Syekh Mhd Thaib Umar, Sungayang
- Syekh Mhd Djamil Jaho
- Syekh Daud Rasyidi Balingka
- Syekh Abbas Padang Japang
- Mhd Basioenu Imran ulama dari
- Sambas Kalimantan
- H Abdul Halim Majalengka
- Syekh Hasab Ma’shum Labuhan Deli
- Syekh Mhd Noer dari Sungai Pagu jadi
- Mufti Langkat
Banyak lagi, panek pula menderet-deretnya.
Masjid Raya Sumbar sebenarnya belum ada nama. Raya itu bukanlah nama, dimana-mana ada kata “raya.”
Status itu:
Masjid Raya – Tingkat Provinsi
Masjid Agung – Tingkat Kabupaten/Kota
Masjid Besar – Tingkat Kecamatan
Masjid Jami – Tingkat Desa/Kelurahan.
Bandara
Karena hutang akan seringgit juga, orang akan heboh pula, sekalian ganti nama bandara, Minangkabau dengan nama pahlawan. Misal Haji Agus Salim, atau Syekh Tahir Jalaluddin, bapak ilmu falak Asia dan orang Indonesia pertama yang belajar di Al Azhar. Atau, Tan Malaka, M. Yamin, Rasuna Said, Ruhana Kuddus, Syekh Burhanuddin, Hamka ayah Hamka, Dr Karim Amrullah. Atau: terserah bapak sajalah.