JAKARTA – Tuduhan pihak Istana terhadap para akademisi dan guru besar dari berbagai kampus sebagai partisan karena menyampaikan kritik dan menyuarakan keprihatinan atas berbagai dugaan pelanggaran dan pelecehan demokrasi pada pelaksanaan Pemilu 2024 ini disayangkan.
Kalangan alumni Universitas Indonesia (UI) juga tersinggung atas tuduhan tersebut. “Sama seperti sekarang rektor dan guru besar sudah bicara, eh dituduh partisan. Saya sebagai alumni juga tersinggung para Guru Besar UI dituduh partisan,” tegas Ketua Ikatan Alumni UI periode 2016-2019 Andy Azisi Amin, Rabu, 7 Februari 2024.
Dia menegaskan para guru besar tersebut terutama dari kalangan perguruan tinggi negeri seperti UI merupakan aparatur sipil negara (ASN) yang tidak terkait dengan politik. Mereka bersuara semata-mata karena panggilan hati nurani agar pemilu berjalan secara langsung, umum, bebas rahasia (luber), jujur, dan adil (jurdil) seperti amanat konstitusi.
Karena itu dia meminta Presiden Jokowi untuk benar-benar mendengar kritik dan kemudian memastikan pemilu berlangsung dengan luber dan jurdil.
“Seharusnya yang menjadi contoh terdepan dari pelaksanaan konstitusi itu adalah pemerintah. Karena pemerintah digaji rakyat. Jadi ada kewajiban bagi pemerintah, bagi Pak Jokowi dan semua orang-orang yang menerima gaji dari APBN/APBD untuk melaksanakan pemilu yang jurdil,” tegasnya.
Apalagi, sambung Ketua Keluarga Alumni Masjid Universitas Indonesia (Kalam UI) ini, kritik tidak hanya datang dari kampus. Para tokoh agama juga sudah bersuara. Termasuk Uskup Agung Jakarta Romo Kardinal Ignatius Suharyo. Bahkan Romo Ignatius mengingatkan Presiden bahwa kekuasaan bisa jatuh kalau seruan dari para akademisi diabaikan.
“Kemarin kalau enggak salah ada juga pernyataan dari Uskup Agung Jakarta, pemerintah, kekuasaan yang tidak peduli kritik, itu tanda-tandanya akan tumbang. Jadi sekuat-kuatnya kekuasaan, kalau rakyat semua bangun, sadar, hati-hati,” katanya.
“Dan jangan abaikan universitas. Dulu reformasi (mulai) dari mana? Orde reformasi karena dari universitas, kampus. Memang Pak Jokowi tidak ikut reformasi sih. Beliau juga bukan bukan hobi baca. Hobinya kan baca (komik) Naruto. Jadi tidak selamanya orang bisa dikerjain,” sambung master ekonomi jebolan University of Illinois Urbana Champaign, Amerika Serikat ini.
Sebelumnya Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, tersinggung pihaknya dituduh oleh Istana sebagai partisan karena menyuarakan keprihatinan atas kemunduran demokrasi belakangan ini.
Dalam pernyataannya, mereka mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi. Menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan serta berlangsung jujur dan adil. Menuntut agar semua ASN, pejabat pemerintah, TNI dan Polri dibebaskan dari paksaan untuk memenangkan salah satu paslon.
Prof. Harkristuti menegaskan pernyataan pihak Istana yang menyebut kritik dari berbagai kampus termasuk yang mereka sampaikan sebagai bagian dari strategi politik partisan jelang pemilu tidak benar. Mereka tidak memiliki kepentingan lain selain menyelamatkan demokrasi yang adil dan jujur.
“Kami itu guru besar, kami tidak punya kepentingan untuk mendapatkan posisi tertentu, mendukung paslon tertentu, We don’t have that. I’m sorry,” ujar Prof. Harkristuti, dilansir www.metrotvnews.com.
Prof. Harkristuti mengaku tersinggung dengan pernyataan Istana tersebut. Bahkan ia menantang pihak Istana untuk membuktikan tudingannya. “Kalau orang Istana mau sembarangan, kami akademisi juga bisa marah,” tegasnya.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana sebelumnya memang menyatakan Presiden Jokowi menghormati hak setiap orang untuk berpendapat, termasuk bagi para civitas akademika yang baru-baru ini menyampaikan kritik.
Kendati demikian, Ari menduga ada strategi politik partisan untuk kepentingan elektoral di tengah pertarungan opini di tahun pemilu.
“Kita cermati di tahun politik, jelang pemilu pasti munculkan sebuah pertarungan opini, penggiringan opini. Pertarungan opini dalam kontestasi politik adalah sesuatu yang juga wajar aja. Apalagi kaitannya dengan strategi politik partisan untuk politik elektoral,” kata Ari. (kba)
Alumni UI juga Tersinggung Istana Tuduh Guru Besar Partisan
